RESENSI BUKU
JUDUL BUKU : MELACAK SEJARAH PEMIKIRAN AGRARIA : Sumbangan Pemikiran Madzhab Bogor
JUDUL BUKU : MELACAK SEJARAH PEMIKIRAN AGRARIA : Sumbangan Pemikiran Madzhab Bogor
HALAMAN : lii + 347 hlm
PENULIS : AHMAD NASHIH LUTHFI
PENERBIT :
STPN Press
TANGGAL : 22 Maret 2020
METODE PENELITIAN :
Pendekatan sejarah pemikiran
PEMBAHASAN :
Tentang Dua Ilmuwan
“Mazhab Bogor”
Prof. Dr. Ir. Sajogyo, yang dikenal sebagai “Bapak
Sosiologi Pedesaan Indonesia,” semula bernama Kampto Utomo. Ia dilahirkan di
Karanganyar, Kebumen, 21 Mei 1926. Pada tahun 1955, ia lulus sarjana IPB. Selang
dua tahun, langsung meraih Doktor pertanian di bawah promotor Prof. W. F.
Wertheim. Ia pernah menjabat sebagai Rektor IPB selama setahun (Maret
1965-1966). Dalam tulisan “semi-otobiografi”-nya,17 Sajogyo menyebutkan bahwa
setidaknya ia terlibat di tiga aras kelembagan: kampus, nasional, dan
kelembagaan masyarakat (Civil Society Organization/CSO).
Di aras kampus, ia berperan dalam mendirikan Program Studi Pasca Sarjana
Sosiologi Pedesaan, LPM-IPB, LP Sosped IPB, dan Pusat Studi Pembangunan IPB.
Berbagai tema yang digeluti adalah ikhtiar mengembangkan
bangunan kerangka teori bagi sosiologi pedesaan, pembangunan pedesaan,
pengurangan kemiskinan, transmigrasi, perbaikan gizi keluarga, dan berbagai isu
lain tentang pedesaan.
Ilmuwan kedua adalah DR. HC. Gunawan Wiradi, M. Soc. Sc.
Ia tercatat dilahirkan di Solo 28 Agusutus 1932, mendapat gelar insinyur dari
Fakultas Pertanian Universitas Indonesia (UI) Bogor (sekarang IPB), tahun 1963.
Setelah itu, meneruskan studinya di School of Comparative Sosial Sciences,
Universiti Sains Malaysia (USM), Pulau Penang, Malaysia, tahun 1978 dan
mendapat gelar M. Soc. Sc (Master of Social Sciences), serta pendidikan
Non-Degree Program di Insitute of Social Studies (ISS), di Den Haag, Belanda,
tahun 1989. Pada tahun 2009, ia mendapat anugerah Doktor Honoris Causa dari IPB
dalam “Bidang Sosiologi Pedesaan dengan Bidang Kekhususan Kajian Agraria”.
Salah satu isu yang digeluti dalam bidang pedesaan adalah
Reforma Agraria. Bukunya yang berjudul Reforma Agraria, Perjalanan yang Belum
Berakhir memberi gambaran tentang gaga sannya akan pelaksanaan Reforma Agraria
di Indonesia.
Tentang Buku Ini.
Buku ini akan mencoba pertama, melacak genealogi
pemikiran ekonomi politik transformasi pedesaan sejak abad XIX. Wacana ini
berkembang dalam konteks global baik yang sifatnya akademis maupun politik di
abad XX, hingga masa Orde Baru dimana sistem pengetahuan dan kekuasaan dalam
pembangunan pedesaan dikonstruksi.
Cara
membaca sejarah periode kolonial yang demikian panjang dilakukan dengan
menghadapkannya pada pertumbuhan kapitalisme. Kapitalisme bekerja dengan cara
mengakumulasikan kekayaan dan keuntungan (surplus value) sebagai tujuan
sekaligus sebagai syarat perlu bagi perkembangan kapitalisme selanjutnya.
Proses akumulasi prasyarat inilah yang disebut sebagai primitive accumulation
atau previous accumulation. Dalam proses terakhir ini penting dilihat bagaimana
posisi rakyat dan tingkat keamanan/kerentanannya terhadap alat produksinya.
Khusus terhadap tema ini, strategi yang dilakukan adalah dengan menafsirkan
ulang secara kritis (critical reinterpretation) atas narasi sejarah yang pernah
ada, dan tidak melakukan penelitian baru (primer).
Kedua,
mengidentifikasi dan memetakan pemikiran-pemikiran para ilmuwan “Mazhab Bogor”
dan genealoginya dengan pemikiran terdahulu, serta membandingkan satu dengan
lainnya. Apa saja tema-tema yang mereka geluti, adakah keragaman (perspektif
dan pemihakan) dan mengapa, serta perjalanan pemikiran mereka ini berujung pada
fokus tentang apa? Pelacakan genealogi pemikiran ini penting untuk mengetahui
kesinambungan (continuity) dan perubahannya (change).
Ketiga,
melihat bagaimana institusionalisasi gagasan mereka di berbagai wilayah:
kampus, LSM/CSO, lembaga pemerintah, dan masyarakat akar rumput. Hubungan antara
gagasan (teks) dengan masyarakat di berbagai lapisannya, berlangsung melalui
adanya mediasi. Hubungan itu ada dalam bentuknya yang beragam. Maka otoritas
sebuah gagasan ditentukan tidak hanya melalui keterujiannya secara akademis,
namun juga seberapa mampukah bermetamorfosa menjadi kekuatan pengubah
(intelecutual forces) di tingkatan kebijakan dan pengorganisasian pergerakan di
tingkat masyarakat. Bagaimanapun, sebuah gagasan bertujuan untuk mengubah
realitas.
Keempat,
pemikiran-pemikiran mereka akan dihadapkan pada dua konteks yang berbeda, yakni
konteks pergeseran ekonomi-politik Orde Lama menuju pembangunanisme Orde Baru
dalam berbagai program modernisasi desa/pertanian, yang secara umum dibaca
sebagai agenda liberalisasi ekonomi (terutama tahun 1986-1992). Apakah ada
perspektif kritis yang mereka munculkan, dan bagaimana cara agar
pemikiran-pemikiran kritis itu dapat dilembagakan di kampus, “lolos sensor”
menjadi policy bagi pemerintah, dan diperjuangkan melalui swadaya masyarakat.
Selanjutnya,
dalam konteks perkembangan ilmu-ilmu sosial, mengapa dan bagaimana perspektif
kritis, teorisasi, dan pendekatan partisipatif mereka dikembangkan di
tengah-tengah ilmu sosial yang didominasi oleh perspektif fungsionalisme
struktural ala Parsonian, analisis non-Marxian, dan “applied sciences”
non-kritis yang berorientasi pembangunan, serta di tengah tuduhan mandegnya
ilmu-ilmu sosial saat itu?
Agar
tidak terlalu melebar, buku ini membatasi diri pada upaya penelusuran sejarah
pemikiran pembangunan pedesaan Indonesia. Setiap pemikiran, terutama dalam
perspektif sosial dan ekonomi-politik, dapat lahir dari pelaku ekonomi
(pengusaha), teknokrat dan birokrat, birokrat dan teknokrat, kalangan media
massa, aktivis gerakan sosial, maupun kalangan akademik. Buku ini membatasi
diri pada pemikiran yang berasal dari kelompok akademik, khususnya kedua
ilmuwan yang mendedikasikan diri pada disiplin sosiologi pedesaan, dalam
memproduksi pemikiran-pemikiran pembangunan pedesaan tersebut. Keduanya adalah
Prof. Dr. Ir. Sajogyo dan Dr. HC. Gunawan Wiradi, M.Soc. Sc.
Dalam
buku ini menjelaskan cukup lengkap mengenai ideologi para madzhab yang telah
mencetuskan pemikiranya dalam agrarian. Tetapi krkuranganya dalam pembahasan
ini kurangnya relasi dari pembahasan ini terhadap masa sekarang, lebih
cenderung ke pembahasan masa colonial dan sejarah. Sehingga kurang
merefleksikan dengan keadaan sekarang. Mungkin artikel mengenai pembahasan
pemikiran agrarian ini bisa sedikit membantu mengenai problematika yang sedang
terjadi. Sekian dari saya sebagai reviewer mohon maaf apa bila ada salah kata
dan salah ketik.
Komentar
Posting Komentar