Langsung ke konten utama

PENELITIAN DESA BADEAN KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER




LAPORAN PENELITIAN
STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT PERKEBUNAN
DESA BADEAN KECAMATAN BANGSALSARI
KABUPATEN JEMBER

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Sosiologi
Dosen Pengampu :

Dr. EKO CRYS ENDRAYADI, M. Hum              197108251999031001

Nama Kelompok :

·         RIZAL FAHMI                                   180110301038

·         BAGUS P LAKSONO                       180110301055

·         NASHRUL MAHFUDHIN ERSA    180110301066

·         MAS ROBI YASA                             180110301091

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS JEMBER

2019




KATA PENGANTAR

          Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah memberi kesempatan, taufik dan hidayah, serta inayahnya sehingga penelitian  “Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa Badean Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember” ini dapat terselesaikan.
            Dengan selesainya penelitian ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghormatan setulus-tulusnya, kepada :
1.      Dr. Eko Crys Endrayadi, M.Hum selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Sosiologi, yang telah memberi kami kesempatan dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian ini.
2.      Bapak Rois selaku narasumber, yang telah memberi kami banyak data dan informasi mengenai penelitian yang kami lakukan kali ini.
3.      Saudara Sulasin selaku narasumber, yang juga telah meluangkan waktunya untuk menerima kami dan memberi kesempatan kepada kami untuk dimintai data dan informasi.
            Kami menyadari bahwa dalam laporan penelitian ini masih banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu kami meminta maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan. Dan juga kritik serta saran sangat kami butuhkan untuk memperbaiki laporan penelitian ini.
            Demikian semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan untuk kami selaku peneliti khususnya.

Jember, April 2019

Peneliti





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................. 2
BAB II METODE PENELITIAN
   2.1 Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 3
   2.2 Analisis Data......................................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Stratifikasi Sosial di Desa Badean......................................................... 4
3.2 Peranan Kedudukan di Desa Badean.................................................... 5
3.3 Mobilitas Sosial di Desa Badean........................................................... 7
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................ 11
4.2 Saran...................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12
LAMPIRAN......................................................................................................... 13

 








BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Setiap masyarakat senantiasa untuk memberi penghargaan kepada seseorang yang memiliki hal tertentu. Gejala tersebut yang menjadi penyebab terbentuknya lapisan-lapisan yang ada di masyarakat. Lapisan ini menjelaskan dimana seorang individu berada di dalam suatu kelompok masyarakat.
            Pelapisan masyarakat ini sejak ada mulai masyarakat hidup bersama. Bahkan pada zaman kuno dahulu seorang filsuf Yunani, Aristoteles mengatakan bahwa di dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, melarat, dan ditengah-tengahnya.[1] Perkataan itu membuktikan bahwa pelapisan masyarakat ini sudah ada sekian lama.
            Menurut sosiolog Pitrim A. Sorokin sistem lapisan sosial merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap kehidupan masyarakat yang teratur.[2] Setiap individu yang memiliki barang yang bernilai akan menduduki lapisan yang atas. Sedangkan mereka yang memiliki sedikit atau tidak sama sekali barang bernilai maka masyarakat memandang mereka sebagai orang yang berkedudukan rendah.
            Pada stratifikasi sosial Desa Badean terbagi menjadi tiga lapisan. Lapisan atas terdiri dari orang-orang yang memiliki tanah kebun dan kekuasaan untuk mengolahnya. Lapisan menengah terdiri dari orang-orang yang terdidik namun tidak memiliki wewenang untuk mengelola kebun secara penuh. Lapisan bawah terdiri dari masyarakat miskin, yang biasanya bekerja sebagai buruh kebun. Kelompok kami berusaha untuk menjelaskan bagaimana interaksi yang terjadi antara lapisan masyarakat yang ada di Desa Badean ini dan bagaimana peran dari masing-masing kedudukan serta mobilitas yang terjadi pada masyarakat Desa Badean.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sttatifikasi sosial yang ada di Desa Badean ?
2.      Bagaimana peran masing-masing kedudukan yang ada di Desa Badean ?
3.      Bagaimana proses mobilitas sosial masyarakat Desa Badean ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui stratifikasi sosial di Desa Badean.
2.      Untuk mengetahui peranan masing-masing kedudukan di Desa Badean.
3.      Untuk mengetahui proses mobilitas sosial masyarakat Desa Badean.

1.4 Manfaat Penelitian
1.      Untuk menambah pengetahuan mengenai stratifikasi sosial di Desa Badean.
2.      Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan untuk penelitian kedepannya.
3.      Dapat membantu masyarakat Desa Badean dalam memahami kondisi sosial yang ada.




BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Teknik Pengumpulan Data
            Pada penilitian ini, kelompok kami melakukan penelitian dengan metode penelitian lapangan (field research) yakni cara pengumpulan data yang dilakukan dengan terjun ke lapangan untuk mencari data yang berkaitan dengan permasalahan. Dalam melakukan metode ini, kelompok kami menggunakan teknik sebagai berikut :
1.      Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara langsung dengan melihat kondisi sosial, yang berkaitan dengan strafikasi yang ada dan interaksi antar masyarakat Desa Badean.
2.      Wawancara (Interview)
Wawancara dilakukan untuk lebih mendalami data yang berkaitan dengan permasalahan dan untuk memperoleh data yang kredibel. Wawancara memfokuskan pada informan yang paham akan permasalahan guna menggali lebih dalam data yang ada.
Dalam hal ini kami mewawancarai beberapa orang :
1.) Bapak Rois (50 tahun) : Ketua RT
2.) Sulasin (22 tahun) : Putra pertama Bapak Rois

2.2 Analisis Data
            Data yang terkumpul berupa hasil pengamatan dan wawancara mengenai stratifikasi sosial pada masyarakat Desa Badean. Berdasarkan data yang diperoleh kami menganalisis data yang ada. Analisis dilakukan dengan menyusun data dan mengelompokan data menurut bagian-bagiannya, kemudian kami kaitkan dengan permasalahan penelitian. Kemudian diinterpretasikan sehingga menggambarkan realita yang sebenarnya atau biasa disebut deskripti kualitatif guna menjawab permasalahan penelitian.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Stratifikasi Sosial Desa Badean
            Desa Badean terletak di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Tempat yang kami kunjungi sebagai penelitian terletak di Dusun Taman Glugo Desa Badean RT 01 RW 07. Berbatasan dengan Dusun Widodaren di sebelah utara. Dalam suatu RT ini terdapat 68 KK dan 64 rumah tinggal. Masyarakat Desa Badean mayoritas bahkan hampir semuanya bersuku Madura.
            Kondisi ekonomi masyarakat Desa Badean ini mayoritas tergolong masyarakat yang kurang mampu. Yang tergolong sebagai menengah berkisar  40% dan yang tegolong sebagai masyarakat kaya atau masyarakat atas hanya 10%. Masyarakat atas ini selain sebagai pemilik kebun juga bekerja sebagai pengepul hasil kopi dari para warga perkebunan. Mereka mengepul dan menjualnya sampai keluar kota untuk menambah penghasilan. Harga dari hasil kopi ini berkisar Rp 20.000 sampai Rp 27.000, tergantung kualitas kopi dan harga kopi pasaran.
            Masyarakat yang memiliki kebun berkisar 40% dan sisanya bekerja sebagai buruh tani dari tuan tanah kebun. Namun dalam mengurus pekebunan kopi tersebut tuan tanah juga ikut andil dalam mengerjakannya. Penghasilan dari kebun kopi ini didapat atau panen setiap satu tahun, untuk menunjang kebutuhan sehari-hari masyarakat menanami tumbuhan seperti pisang dan umbi-umbian di sekitar pekebunan untuk menunjang kebutuhan sehari-hari.
            Di dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Badean ini, tidak ada hubungan yang membeda-bedakan. Setiap anggota masyarakat memiliki hubungan kekerabatan yang terjalin sangat baik. Mereka terikat oleh kepentingan untuk mensejahterakan diri masing-masing dengan cara bekerja sama. Dengan begitu tidak ada jarak antara masyarakat atas dengan masyarakat bawah.
            Interaksi antara masyarakat pemilik tanah dan buruh kebun  terjadi seperti tidak ada pembatas. Stratifikasi ini bisa dikatakan terbuka. Hal ini bisa dibuktikan ketika para buruh dan masyarakat pemilik tanah selalu bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam perkebunan. Mereka tidak ada rasa yang paling menang sendiri maupun yang rendah takut untuk mengutarakan pendapat. Masyarakat saling menghargai satu sama lain, tidak memandang dia sebagai pemilik tanah maupun buruh kebun. Karena mayoritas masyarakat Desa Badean ini berasal dari Suku Madura, sehari-hari mereka menggunakan bahasa Madura untuk saling berinteraksi satu sama lain.
            Di Desa Badean ini juga terdapat pendatang dari luar. Mereka yang menetap sebagai pendatang ini diterima oleh masyarakat desa. Walaupun pendatang tersebut menambah persaingan dalam memenuhi kebutuhan, namun masyarakat asli desa mempersilahkan para pendatang untuk melakukan pekerjaannya. Bahkan masyarakat asli desa mengajarkan dan mengarahkan para pendatang untuk berkebun. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Desa Badean menerapkan stratifikasi sosial terbuka. Dimana semua orang walaupun itu pendatang memiliki kelonggaran untuk mendapat ataupun memperoleh penghasilan dari perkebunan.
            Di Desa Badean ini masyarakat tidak memiliki suatu kelompok atau organisasi dalam mengurus kebun. Walaupun begitu hubungan masyarakat tidak tercerai berai. Di dalam masyarakat Desa Badean mereka saling percaya satu sama lain, kemudian dirasa tidak perlu dalam membuat suatu kelompok atau organisasi dalam mengurus kebun. Jadi siapa saja berhak untuk melakukan perluasan lahan guna menambah penghasilan. Tentunya dengan perizinan dari pemerintha untuk membuka lahan.

3.2 Peranan Kedudukan di Desa Badean
            Kedudukan diartikan juga status sosial memilik makna tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.[3] Setiap individu memiliki kedudukan dalam suatu masyarakat. Kedudukan inilah yang menjadi pandangan masyarakat kepada dirinya.
            Di samping melekat status sosial, pada diri seseorang melekat pula peran sosial. Tidak ada peran tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peran. Setiap orang mempunyai peran tertentu sesuai dengan status sosial yang disandangnya. Karena peran sosial merupakan dinamika dari status sosial. Peran sosial berisi tentang hak dan kewajiban dari status sosial. Peran memiliki fungsi mengatur perilaku individu yang berhubungan dengan status sosialnya.[4] Dalam mengatur peranan setiap individu maka diberlakukanlah norma-norma yang telah disepakati atau berlaku di masyarakat.
            Di Desa Badean ini menurut pengamatan kami kedudukan masyarakatnya terbagi menjadi tiga kedudukan yaitu pemilik tahan atau kebun, para buruh kebun, dan pengepul. Masing-masing kedudukan ini memiliki peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat Desa Badean itu sendiri. Pemilik tanah memiliki peran sebagai penyedia lahan untuk para buruh bekerja. Sedangkan para buruh berperan sebagai penggarap yang juga penting dalam proses pertumbuhan tanaman kopi tersebut.
            Tetapi tak jarang para pemilik tanah mengelola tanhanya sendiri. Para buruh kebun dipanggil untuk bekerja jika dirasa perlu oleh tuan tanah. Ada juga buruh tani tersebut menggunakan tanah milik perhutani untuk menanam jenis tumbuhan lain sebagai tambahan penghasilan. Dalam memperkejakan buruh tuan tanah sebelumnya memberi kontrak selama beberapa hari, sesuai kebutuhan tuan tanah. Mereka ada yang dipekerjakan selama 3 hari, 7 hari, dan 1 bulan. Para buruh mendapat upah setelah pekerjaan selesai sesuai jangka waktu yang sudah disepakati. Oleh karena itu para buruh kebun selain bekerja sebagai buruh untuk memenuhi kehidupan ekonominya juga bekerja sebagai peternak sapi dan kambing.
            Di Desa Badean ini juga ada yang berkedudukan sebagai pengepul hasil panen kopi dari para pekebun. Pengepul ini juga memiliki peran yang penting di dalam masyarakat. Dengan adanya pengepul ini masyarakat yang ingin menjual hasil panennya tidak harus jauh-jauh untuk menjualnya. Pengepul ini bekerja dengan mendatangi para pekebun atau pemilik tanah yang telah memanen kopinya. Kemudian membeli langsung hasil panen tersebut. Berdasar wawancara yang kami lakukan kepada Bapak Rois selaku ketua RT, pengepul ini hanya satu yaitu Bapak Sukar. Kedudukan pengepul inilah yang memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat Desa Badean.
            Beberapa kedudukan tadi saling berkaitan satu sama lain. Dengan adanya kedudukan itu masyarakat Desa Badean dalam mengelola kebun kopi dapat dijalankan secara teratur. Setiap kedudukan memiliki peranan masing-masing yang saling berhubungan dengan kedudukan lainnya. Mereka bekerja sama satu sama lain dalam meningkatkan perekonomian Desa Badean.
            Masing-masing kedudukan memiliki kesadaran untuk menjalankan perannya masing-masing. Mereka tidak ingin melakukan suatu kecurangan dalam menjalankan perannya. Sehingga dalam masyarakat Desa Badean ini jarang sekali terjadi konflik antar warga. Sekalipun ada konflik dapat diselesaikan dengan cara musyawarah untuk menjaga kerukunan antar warga.

3.3 Mobilitas Sosial di Desa Badean
            Mobilitas sosial bisa juga disebut sebagai gerak sosial, yaitu suatu gerak dalam struktur sosial.[5] Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.  Kata sosial yang ada pada istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial.[6]
            Mobilitas sosial dapat terjadi secara horizontal maupun vertikal. Dari kedua mobilitas itu yang menjadi jalan untuk memperbaiki kondisi kehidupan yaitu mobilitas vertikal. Karena dengan mobilitas vertikal bisa membuat kedudukan seseorang dapat berpindah dalam hal ini untuk memperbaiki kondisi kehidupan dengan melakukan mobilitas vertikal naik. Sedangkan mobilitas sosial horizontal hanya berpindah dari suatu kelompok ke kelompok lain yang sederajat, hal ini tidak akan mengubah kondisi kehidupan seseorang secara signifikan.
            Untuk meningkatkan penghasilan dan kondisi ekonomi, masyarakat Desa Badean melakukan perluasan lahan. Dengan begitu mereka dapat menanam kopi yang lebih banyak. Namun dalam pembukaaan lahan itu diperlukan biaya yang tidak murah. Ketersediaan lahan untuk dibuka juga semakin sedikit. Kalaupun ada itu memilik jarak yang cukup jauh dengan pemukiman. Sehingga biaya yang dikeluarkan dalam perawatan juga bertambah. Akhirnya hanya sedikit warga yang melakukan perluasan lahan. Masyarakat kebanyakan hanya memanfaatkan lahan yang sudah dimiliki.
            Masyarakat Desa Badean yang sudah berumur ataupun berkeluarga rata-rata menempuh pendidikan hanya sampai sekolah dasar. Karena kenyataannya di Desa ini sarana pendidikan hanya ada sekolah dasar, itupun hanya satu. Untuk jenjang pendidikan selanjutnya, seperti sekolah menengah pertama berada di luar desa. Bahkan untuk jenjang sekolah atas harus melewati beberapa desa. Sehingga mereka enggan untuk melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang atas.
            Kebanyakan pemuda yang baru lulus mereka menganggur dan tidak memiliki penghasilan. Namun lama kelamaan mereka merasa jenuh dengan kondisi tersebut. Akhirnya banyak dari pemuda ini merantau ke luar kota untuk mendapat penghasilan. Dalam bekerja keluar kota itupun mereka hanya bekerja sebagai bawahan, jadi tidak dapat menaikkan pendapatan maupun status sosial yang telah dimiliki dirinya maupun keluarganya. Selain itu ada juga yang meneruskan mengurus kebun kopi yang dimiliki keluarga. Sehingga penghasilan yang didapat tidak bertambah dan kondisinya tidak berubah.
            Melihat kenyataan di atas membuat mayoritas masyarakat Desa Badean ini sulit untuk melakukan mobilitas sosial. Sehingga status yang dimilikinya tidak berubah secara signifikan. Para orang tua yang memiliki anak sebagai harapan untuk memperbaiki kondisi orang tua tidak bisa berbuat banyak. Penghasilan yang didapat ketika merantau itupun hanya cukup untuk menutupi kehidupan anak itu sendiri dalam kehidupan merantaunya. Ketika kembali ke desa pun mereka tidak bisa berbuat banyak untuk meningkatkan kesejahteraan.
            Pendidikan yang didapat merupakan faktor terbesar dalam realita ini. Ada anggapan dikalangan orang tua ketika anaknya menjalani pendidikan agar hanya bisa sebatas membaca dan menulis. Orang tua sendiri yang menginginkan agar anaknya cepat untuk lulus dan meneruskan pekerjaan orang tuanya. Hal ini yang membuat pendidikan mayoritas masyarakat hanya sebatas sekolah dasar. Orang tua melakukan hal tersebut karena juga didorong oleh faktor kondisi ekonomi keluarga. Mereka tidak ingin mengeluarkan biaya yang besar untuk pendidikan anaknya. Yang orang tua ingin hanya anaknya kelak dapat bekerja dan meneruskan berkebun.
            Tetapi ada salah satu seorang pemuda yang mendapat pendidikan sampai ke jenjang kuliah. Salah satu yang kami wawancarai ialah Saudara Sulasin (22) beruntung memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan lanjut. Dia memang memiliki kemampuan dalam intelektual dan didorong oleh keluarganya untuk melanjutkan pendidikan. Dalam hal ini telah terjadi mobilitas sosial vertikal naik dalam hal pendidikan. Karena kedua orang tua dari pemuda tersebut merasakan pendidikan terakhir hanya sampai sekolah dasar. Orang tua dari pemuda ini memiliki harapan dengan pendidikan yang ditempu anaknya. Saudara Sulasin ini sekarang menempuh kuliah semester 8 Pendidikan Agama Islam di IAIN Jember. Hal ini menjadi bukti bahwa mobilitas sosial vertikal naik masih ada di Desa Badean ini. Walaupun hanya segilintir masyarakat yang melakukannya.
            Dalam contoh di atas saudara  Sulasin dalam melakukan mobilitas vertikal melalui saluran mobilitas lembaga pendidikan. Saluran ini merupakan saluran kongret dari mobilitas sosial vertikal. Peran lembaga pendidikan dalam mobilitas sosial meningkatkan status dan kualitas seseorang dari yang rendah menuju ke tingkat yang lebih tinggi. Oleh karenanya, lembaga pendidikan sering dianggap sebagai perangkat atau social elevator bagi mobilitas sosial seseorang.[7]
          Saudara Sulasin berharap mobilitas yang ia lakukan sekarang ini akan membuat kondisi kehidupan dan kesejahteraan keluarga dan orang tuanya dapat menjadi lebih baik. Serta dapat membuat masyarakat sekitar rumahnya mengalami perkembangan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.




BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1.      Di dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Badean ini, tidak ada hubungan yang membeda-bedakan. Setiap anggota masyarakat memiliki hubungan kekerabatan yang terjalin sangat baik. Interaksi antara masyarakat pemilik tanah dan buruh kebun            terjadi seperti tidak ada pembatas. Stratifikasi ini bisa dikatakan terbuka. Hal ini bisa dibuktikan ketika para buruh dan masyarakat pemilik tanah selalu bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam perkebunan.
2.      Di Desa Badean ini umumnya kedudukan masyarakatnya terbagi menjadi tiga kedudukan yaitu pemilik tahan atau kebun, para buruh kebun, dan pengepul. Pemilik tanah memiliki peran sebagai penyedia lahan untuk para buruh bekerja. Sedangkan para buruh berperan sebagai penggarap yang juga penting dalam proses pertumbuhan tanaman kopi tersebut. Sedangkan Pengepul berperan sebagai pembeli hasil panen kopi.
3.      Mobiitas yang terjadi di Desa Badean tidak banyak terjadi. Hanya beberapa saja yang melakukan mobilitas sosial. Seperti saudara Sulasin yang melakukan  mobilitas sosial vertikal naik dengan jalan saluran pendidikan. Dengan begitu harapan untuk meningkatkan kesejahteraan tetap ada bagi keluarga dan orang tua saudara Sulasin.

4.2 Saran
            Dengan kondisi yang terjadi di Desa Badean ini semoga masyarakatnya lebih peduli terhadap kualitas pendidikannya. Agar masyarakat lebih maju dan memiliki wawasan yang luas untuk menghadapi masa kedepannya.




DAFTAR PUSTAKA

Siswa Pedia. (2013, April 6). Peran Sosial. Retrieved from Siswapedia: https://www.siswapedia.com/peran-sosial/
Soekanto, S. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Stepanus, H. (2010, Juli 27). Mobilitas Sosial. Retrieved from Hari Stepanus Wordpress: https://haristepanus.wordpress.com/mobilitas-sosial/
Warsito, A. (2017, Desember 4). 13 Contoh Saluran Mobilitas Sosial di Lingkungan Masyarakat. Retrieved from Materi IPS: https://materiips.com/contoh-saluran-mobilitas-sosial




LAMPIRAN



               Foto 1 Wawancara dengan narasumber Sulasin (22)

               Foto 2 Bersama narasumber Sulasin (22)

*Tidak ada foto dengan narasumber lain (Bapak Rois) beliau pergi terlebih dahulu karena ada keperluan sebelum berfoto.




[1] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Cet. XLV ; Jakarta : Rajwali Pers, 2013), hlm 197.
[2] Ibid.,hlm. 197.
[3] Ibid., hlm 210.
[4] Tim Siswapedia, “Peran Sosial”, diakses dari https://www.siswapedia.com/peran-sosial/, pada 28 April 2019 pukul 11.38.
[5] Soerjono Soekanto, op.cit., hlm 219.
[6] Hari Stepanus “Mobilitas Sosial”, diakses dari https://haristepanus.wordpress.com/mobilitas-sosial/, pada tanggal 28 April 2019 pukul 12.03.
[7] Anggi Warsito, “13 Contoh Saluran Mobilitas Sosial di Lingkungan Masyarakat”, diakses dari https://materiips.com/contoh-saluran-mobilitas-sosial, pada tanggal 28 April 2019 pukul 12.17.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEDAK SITEN JAWA || tradisi dan tata cara pelaksanaanya masyarakat jawa

Tedak Siten merupakan ritual atau upacara yg dering dilakukan oleh mastyarakat jawa. Dan juga merupakan tradisi turun-temurun dari warisan leluhur. Tedak siten biasanya dikenal juga sebagai upacara turun tanah. Tedak artinya turun atau menapakkan kaki, Siten dari kata Siti yang artinya tanah atau bumi. Jadi Tedhak Siten berarti menapakkan kaki ke tanah/bumi. Upacara Tadhek siten juga diartikan sebagai kedekatan anak manusia denagn bumi pertiwi, yakni bumi yg jadi tempat berpijaknya.  Dengan cara menyayangi alam agar tercipta kehidupan yg damai dan makmur. Dan juga mengingatkan akan banyaknya yang telah diberi oleh tanak bagi kehidupan manusia di alam, sebagai sumber kehidupan dan juga bercocok tanam. Dengan menjalani semua keseimbangan alam dan dunia agar kehidupan manusia lebih baik. kapan dilakukan ? Pada waktu seorang anak kecil berumur tuju selapan atau 245 hari. Selapan merupakan kombinasi tujuh hari menurut kalender internasional dan hari lima mururt...

MATERI SEJARAH PEDESAAAN PETEMUAN KE - 4

              KARAKTERISTIK UMUM MASYARAKAT DESA Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang selama ini masih sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah satu wacana bagi kita yang akan bersama-sama hidup di lingkungan pedesaan. 1. SederhanaSebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan.Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal: a. Secara ekonomi memang tidak mampu. b. Secara budaya memang tidak senang menyombon...