LAPORAN
PENELITIAN
STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT
PERKEBUNAN
DESA BADEAN KECAMATAN BANGSALSARI
KABUPATEN JEMBER
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Sosiologi
Dosen Pengampu :
Dr. EKO CRYS ENDRAYADI, M. Hum 197108251999031001
Nama
Kelompok :
·
RIZAL
FAHMI 180110301038
·
BAGUS P
LAKSONO 180110301055
·
NASHRUL
MAHFUDHIN ERSA 180110301066
·
MAS ROBI
YASA 180110301091
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah memberi kesempatan,
taufik dan hidayah, serta inayahnya sehingga penelitian “Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa Badean
Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember” ini dapat terselesaikan.
Dengan selesainya penelitian ini,
kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghormatan setulus-tulusnya, kepada
:
1. Dr.
Eko Crys Endrayadi, M.Hum selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar
Sosiologi, yang telah memberi kami kesempatan dan bimbingan dalam menyelesaikan
penelitian ini.
2. Bapak
Rois selaku narasumber, yang telah memberi kami banyak data dan informasi
mengenai penelitian yang kami lakukan kali ini.
3. Saudara
Sulasin selaku narasumber, yang juga telah meluangkan waktunya untuk menerima
kami dan memberi kesempatan kepada kami untuk dimintai data dan informasi.
Kami menyadari bahwa dalam laporan
penelitian ini masih banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu kami meminta
maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan. Dan juga kritik serta saran
sangat kami butuhkan untuk memperbaiki laporan penelitian ini.
Demikian semoga laporan penelitian
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan untuk kami selaku peneliti
khususnya.
Jember,
April 2019
Peneliti
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................. 2
BAB
II METODE PENELITIAN
2.1 Teknik
Pengumpulan Data.................................................................... 3
2.2 Analisis Data......................................................................................... 3
BAB
III PEMBAHASAN
3.1 Stratifikasi Sosial di Desa Badean......................................................... 4
3.2 Peranan Kedudukan di Desa Badean.................................................... 5
3.3 Mobilitas Sosial di Desa Badean........................................................... 7
BAB
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................ 11
4.2 Saran...................................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 12
LAMPIRAN......................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap
masyarakat senantiasa untuk memberi penghargaan kepada seseorang yang memiliki
hal tertentu. Gejala tersebut yang menjadi penyebab terbentuknya
lapisan-lapisan yang ada di masyarakat. Lapisan ini menjelaskan dimana seorang
individu berada di dalam suatu kelompok masyarakat.
Pelapisan
masyarakat ini sejak ada mulai masyarakat hidup bersama. Bahkan pada zaman kuno
dahulu seorang filsuf Yunani, Aristoteles mengatakan bahwa di dalam negara
terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, melarat, dan
ditengah-tengahnya.[1] Perkataan itu membuktikan
bahwa pelapisan masyarakat ini sudah ada sekian lama.
Menurut
sosiolog Pitrim A. Sorokin sistem lapisan sosial merupakan ciri yang tetap dan
umum dalam setiap kehidupan masyarakat yang teratur.[2]
Setiap individu yang memiliki barang yang bernilai akan menduduki lapisan yang
atas. Sedangkan mereka yang memiliki sedikit atau tidak sama sekali barang
bernilai maka masyarakat memandang mereka sebagai orang yang berkedudukan
rendah.
Pada
stratifikasi sosial Desa Badean terbagi menjadi tiga lapisan. Lapisan atas
terdiri dari orang-orang yang memiliki tanah kebun dan kekuasaan untuk
mengolahnya. Lapisan menengah terdiri dari orang-orang yang terdidik namun
tidak memiliki wewenang untuk mengelola kebun secara penuh. Lapisan bawah
terdiri dari masyarakat miskin, yang biasanya bekerja sebagai buruh kebun. Kelompok
kami berusaha untuk menjelaskan bagaimana interaksi yang terjadi antara lapisan
masyarakat yang ada di Desa Badean ini dan bagaimana peran dari masing-masing
kedudukan serta mobilitas yang terjadi pada masyarakat Desa Badean.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sttatifikasi
sosial yang ada di Desa Badean ?
2.
Bagaimana peran
masing-masing kedudukan yang ada di Desa Badean ?
3.
Bagaimana proses
mobilitas sosial masyarakat Desa Badean ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui
stratifikasi sosial di Desa Badean.
2.
Untuk mengetahui
peranan masing-masing kedudukan di Desa Badean.
3.
Untuk mengetahui
proses mobilitas sosial masyarakat Desa Badean.
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Untuk menambah
pengetahuan mengenai stratifikasi sosial di Desa Badean.
2.
Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan tambahan untuk penelitian kedepannya.
3.
Dapat membantu
masyarakat Desa Badean dalam memahami kondisi sosial yang ada.
BAB II
METODE
PENELITIAN
2.1 Teknik
Pengumpulan Data
Pada
penilitian ini, kelompok kami melakukan penelitian dengan metode penelitian
lapangan (field research) yakni cara
pengumpulan data yang dilakukan dengan terjun ke lapangan untuk mencari data
yang berkaitan dengan permasalahan. Dalam melakukan metode ini, kelompok kami
menggunakan teknik sebagai berikut :
1.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara langsung dengan melihat
kondisi sosial, yang berkaitan dengan strafikasi yang ada dan interaksi antar
masyarakat Desa Badean.
2.
Wawancara (Interview)
Wawancara dilakukan untuk lebih mendalami data yang
berkaitan dengan permasalahan dan untuk memperoleh data yang kredibel.
Wawancara memfokuskan pada informan yang paham akan permasalahan guna menggali
lebih dalam data yang ada.
Dalam hal ini kami mewawancarai beberapa orang :
1.) Bapak Rois (50 tahun) : Ketua RT
2.) Sulasin (22 tahun) : Putra pertama Bapak Rois
2.2 Analisis Data
Data
yang terkumpul berupa hasil pengamatan dan wawancara mengenai stratifikasi
sosial pada masyarakat Desa Badean. Berdasarkan data yang diperoleh kami
menganalisis data yang ada. Analisis dilakukan dengan menyusun data dan mengelompokan
data menurut bagian-bagiannya, kemudian kami kaitkan dengan permasalahan
penelitian. Kemudian diinterpretasikan sehingga menggambarkan realita yang
sebenarnya atau biasa disebut deskripti kualitatif guna menjawab permasalahan
penelitian.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Stratifikasi Sosial Desa Badean
Desa
Badean terletak di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Tempat yang kami
kunjungi sebagai penelitian terletak di Dusun Taman Glugo Desa Badean RT 01 RW
07. Berbatasan dengan Dusun Widodaren di sebelah utara. Dalam suatu RT ini
terdapat 68 KK dan 64 rumah tinggal. Masyarakat Desa Badean mayoritas bahkan
hampir semuanya bersuku Madura.
Kondisi
ekonomi masyarakat Desa Badean ini mayoritas tergolong masyarakat yang kurang
mampu. Yang tergolong sebagai menengah berkisar
40% dan yang tegolong sebagai masyarakat kaya atau masyarakat atas hanya
10%. Masyarakat atas ini selain sebagai pemilik kebun juga bekerja sebagai
pengepul hasil kopi dari para warga perkebunan. Mereka mengepul dan menjualnya
sampai keluar kota untuk menambah penghasilan. Harga dari hasil kopi ini
berkisar Rp 20.000 sampai Rp 27.000, tergantung kualitas kopi dan harga kopi pasaran.
Masyarakat
yang memiliki kebun berkisar 40% dan sisanya bekerja sebagai buruh tani dari
tuan tanah kebun. Namun dalam mengurus pekebunan kopi tersebut tuan tanah juga
ikut andil dalam mengerjakannya. Penghasilan dari kebun kopi ini didapat atau panen
setiap satu tahun, untuk menunjang kebutuhan sehari-hari masyarakat menanami
tumbuhan seperti pisang dan umbi-umbian di sekitar pekebunan untuk menunjang
kebutuhan sehari-hari.
Di
dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Badean ini, tidak ada hubungan yang
membeda-bedakan. Setiap anggota masyarakat memiliki hubungan kekerabatan yang
terjalin sangat baik. Mereka terikat oleh kepentingan untuk mensejahterakan
diri masing-masing dengan cara bekerja sama. Dengan begitu tidak ada jarak
antara masyarakat atas dengan masyarakat bawah.
Interaksi
antara masyarakat pemilik tanah dan buruh kebun terjadi seperti tidak ada
pembatas. Stratifikasi ini bisa dikatakan terbuka. Hal ini bisa dibuktikan
ketika para buruh dan masyarakat pemilik tanah selalu bekerja sama dalam
menyelesaikan suatu permasalahan dalam perkebunan. Mereka tidak ada rasa yang
paling menang sendiri maupun yang rendah takut untuk mengutarakan pendapat.
Masyarakat saling menghargai satu sama lain, tidak memandang dia sebagai
pemilik tanah maupun buruh kebun. Karena mayoritas masyarakat Desa Badean ini
berasal dari Suku Madura, sehari-hari mereka menggunakan bahasa Madura untuk
saling berinteraksi satu sama lain.
Di
Desa Badean ini juga terdapat pendatang dari luar. Mereka yang menetap sebagai
pendatang ini diterima oleh masyarakat desa. Walaupun pendatang tersebut
menambah persaingan dalam memenuhi kebutuhan, namun masyarakat asli desa
mempersilahkan para pendatang untuk melakukan pekerjaannya. Bahkan masyarakat
asli desa mengajarkan dan mengarahkan para pendatang untuk berkebun. Hal ini
menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Desa Badean menerapkan stratifikasi sosial
terbuka. Dimana semua orang walaupun itu pendatang memiliki kelonggaran untuk
mendapat ataupun memperoleh penghasilan dari perkebunan.
Di
Desa Badean ini masyarakat tidak memiliki suatu kelompok atau organisasi dalam
mengurus kebun. Walaupun begitu hubungan masyarakat tidak tercerai berai. Di
dalam masyarakat Desa Badean mereka saling percaya satu sama lain, kemudian dirasa
tidak perlu dalam membuat suatu kelompok atau organisasi dalam mengurus kebun.
Jadi siapa saja berhak untuk melakukan perluasan lahan guna menambah
penghasilan. Tentunya dengan perizinan dari pemerintha untuk membuka lahan.
3.2 Peranan
Kedudukan di Desa Badean
Kedudukan
diartikan juga status sosial memilik makna tempat atau posisi seseorang dalam
suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara
umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti
lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.[3]
Setiap individu memiliki kedudukan dalam suatu masyarakat. Kedudukan inilah
yang menjadi pandangan masyarakat kepada dirinya.
Di
samping melekat status sosial, pada diri seseorang melekat pula peran sosial.
Tidak ada peran tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peran. Setiap
orang mempunyai peran tertentu sesuai dengan status sosial yang disandangnya.
Karena peran sosial merupakan dinamika dari status sosial. Peran sosial berisi
tentang hak dan kewajiban dari status sosial. Peran memiliki fungsi mengatur
perilaku individu yang berhubungan dengan status sosialnya.[4]
Dalam mengatur peranan setiap individu maka diberlakukanlah norma-norma yang
telah disepakati atau berlaku di masyarakat.
Di
Desa Badean ini menurut pengamatan kami kedudukan masyarakatnya terbagi menjadi
tiga kedudukan yaitu pemilik tahan atau kebun, para buruh kebun, dan pengepul.
Masing-masing kedudukan ini memiliki peranan yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup masyarakat Desa Badean itu sendiri. Pemilik tanah memiliki
peran sebagai penyedia lahan untuk para buruh bekerja. Sedangkan para buruh
berperan sebagai penggarap yang juga penting dalam proses pertumbuhan tanaman
kopi tersebut.
Tetapi tak jarang para pemilik tanah
mengelola tanhanya sendiri. Para buruh kebun dipanggil untuk bekerja jika
dirasa perlu oleh tuan tanah. Ada juga buruh tani tersebut menggunakan tanah
milik perhutani untuk menanam jenis tumbuhan lain sebagai tambahan penghasilan.
Dalam memperkejakan buruh tuan tanah sebelumnya memberi kontrak selama beberapa
hari, sesuai kebutuhan tuan tanah. Mereka ada yang dipekerjakan selama 3 hari,
7 hari, dan 1 bulan. Para buruh mendapat upah setelah pekerjaan selesai sesuai
jangka waktu yang sudah disepakati. Oleh karena itu para buruh kebun selain
bekerja sebagai buruh untuk memenuhi kehidupan ekonominya juga bekerja sebagai
peternak sapi dan kambing.
Di
Desa Badean ini juga ada yang berkedudukan sebagai pengepul hasil panen kopi
dari para pekebun. Pengepul ini juga memiliki peran yang penting di dalam
masyarakat. Dengan adanya pengepul ini masyarakat yang ingin menjual hasil
panennya tidak harus jauh-jauh untuk menjualnya. Pengepul ini bekerja dengan
mendatangi para pekebun atau pemilik tanah yang telah memanen kopinya. Kemudian
membeli langsung hasil panen tersebut. Berdasar wawancara yang kami lakukan
kepada Bapak Rois selaku ketua RT, pengepul ini hanya satu yaitu Bapak Sukar.
Kedudukan pengepul inilah yang memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat
Desa Badean.
Beberapa
kedudukan tadi saling berkaitan satu sama lain. Dengan adanya kedudukan itu
masyarakat Desa Badean dalam mengelola kebun kopi dapat dijalankan secara
teratur. Setiap kedudukan memiliki peranan masing-masing yang saling
berhubungan dengan kedudukan lainnya. Mereka bekerja sama satu sama lain dalam
meningkatkan perekonomian Desa Badean.
Masing-masing
kedudukan memiliki kesadaran untuk menjalankan perannya masing-masing. Mereka
tidak ingin melakukan suatu kecurangan dalam menjalankan perannya. Sehingga
dalam masyarakat Desa Badean ini jarang sekali terjadi konflik antar warga.
Sekalipun ada konflik dapat diselesaikan dengan cara musyawarah untuk menjaga
kerukunan antar warga.
3.3 Mobilitas
Sosial di Desa Badean
Mobilitas
sosial bisa juga disebut sebagai gerak sosial, yaitu suatu gerak dalam struktur
sosial.[5] Mobilitas
berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak
bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.
Kata sosial yang ada pada istilah tersebut mengandung makna gerak yang
melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial.[6]
Mobilitas sosial dapat terjadi
secara horizontal maupun vertikal. Dari kedua mobilitas itu yang menjadi jalan
untuk memperbaiki kondisi kehidupan yaitu mobilitas vertikal. Karena dengan
mobilitas vertikal bisa membuat kedudukan seseorang dapat berpindah dalam hal
ini untuk memperbaiki kondisi kehidupan dengan melakukan mobilitas vertikal
naik. Sedangkan mobilitas sosial horizontal hanya berpindah dari suatu kelompok
ke kelompok lain yang sederajat, hal ini tidak akan mengubah kondisi kehidupan
seseorang secara signifikan.
Untuk
meningkatkan penghasilan dan kondisi ekonomi, masyarakat Desa Badean melakukan
perluasan lahan. Dengan begitu mereka dapat menanam kopi yang lebih banyak.
Namun dalam pembukaaan lahan itu diperlukan biaya yang tidak murah.
Ketersediaan lahan untuk dibuka juga semakin sedikit. Kalaupun ada itu memilik
jarak yang cukup jauh dengan pemukiman. Sehingga biaya yang dikeluarkan dalam
perawatan juga bertambah. Akhirnya hanya sedikit warga yang melakukan perluasan
lahan. Masyarakat kebanyakan hanya memanfaatkan lahan yang sudah dimiliki.
Masyarakat
Desa Badean yang sudah berumur ataupun berkeluarga rata-rata menempuh
pendidikan hanya sampai sekolah dasar. Karena kenyataannya di Desa ini sarana
pendidikan hanya ada sekolah dasar, itupun hanya satu. Untuk jenjang pendidikan
selanjutnya, seperti sekolah menengah pertama berada di luar desa. Bahkan untuk
jenjang sekolah atas harus melewati beberapa desa. Sehingga mereka enggan untuk
melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang atas.
Kebanyakan
pemuda yang baru lulus mereka menganggur dan tidak memiliki penghasilan. Namun
lama kelamaan mereka merasa jenuh dengan kondisi tersebut. Akhirnya banyak dari
pemuda ini merantau ke luar kota untuk mendapat penghasilan. Dalam bekerja
keluar kota itupun mereka hanya bekerja sebagai bawahan, jadi tidak dapat
menaikkan pendapatan maupun status sosial yang telah dimiliki dirinya maupun
keluarganya. Selain itu ada juga yang meneruskan mengurus kebun kopi yang
dimiliki keluarga. Sehingga penghasilan yang didapat tidak bertambah dan
kondisinya tidak berubah.
Melihat
kenyataan di atas membuat mayoritas masyarakat Desa Badean ini sulit untuk
melakukan mobilitas sosial. Sehingga status yang dimilikinya tidak berubah
secara signifikan. Para orang tua yang memiliki anak sebagai harapan untuk
memperbaiki kondisi orang tua tidak bisa berbuat banyak. Penghasilan yang
didapat ketika merantau itupun hanya cukup untuk menutupi kehidupan anak itu
sendiri dalam kehidupan merantaunya. Ketika kembali ke desa pun mereka tidak
bisa berbuat banyak untuk meningkatkan kesejahteraan.
Pendidikan
yang didapat merupakan faktor terbesar dalam realita ini. Ada anggapan
dikalangan orang tua ketika anaknya menjalani pendidikan agar hanya bisa
sebatas membaca dan menulis. Orang tua sendiri yang menginginkan agar anaknya
cepat untuk lulus dan meneruskan pekerjaan orang tuanya. Hal ini yang membuat
pendidikan mayoritas masyarakat hanya sebatas sekolah dasar. Orang tua melakukan
hal tersebut karena juga didorong oleh faktor kondisi ekonomi keluarga. Mereka
tidak ingin mengeluarkan biaya yang besar untuk pendidikan anaknya. Yang orang
tua ingin hanya anaknya kelak dapat bekerja dan meneruskan berkebun.
Tetapi
ada salah satu seorang pemuda yang mendapat pendidikan sampai ke jenjang
kuliah. Salah satu yang kami wawancarai ialah Saudara Sulasin (22) beruntung
memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan lanjut. Dia memang memiliki
kemampuan dalam intelektual dan didorong oleh keluarganya untuk melanjutkan
pendidikan. Dalam hal ini telah terjadi mobilitas sosial vertikal naik dalam
hal pendidikan. Karena kedua orang tua dari pemuda tersebut merasakan
pendidikan terakhir hanya sampai sekolah dasar. Orang tua dari pemuda ini memiliki
harapan dengan pendidikan yang ditempu anaknya. Saudara Sulasin ini sekarang
menempuh kuliah semester 8 Pendidikan Agama Islam di IAIN Jember. Hal ini
menjadi bukti bahwa mobilitas sosial vertikal naik masih ada di Desa Badean
ini. Walaupun hanya segilintir masyarakat yang melakukannya.
Dalam
contoh di atas saudara Sulasin dalam
melakukan mobilitas vertikal melalui saluran mobilitas lembaga pendidikan.
Saluran ini merupakan saluran kongret dari mobilitas sosial vertikal. Peran
lembaga pendidikan dalam mobilitas
sosial meningkatkan status dan kualitas seseorang dari yang rendah menuju ke
tingkat yang lebih tinggi. Oleh karenanya, lembaga pendidikan sering dianggap
sebagai perangkat atau social elevator bagi mobilitas sosial
seseorang.[7]
Saudara Sulasin berharap mobilitas yang ia lakukan
sekarang ini akan membuat kondisi kehidupan dan kesejahteraan keluarga dan
orang tuanya dapat menjadi lebih baik. Serta dapat membuat masyarakat sekitar
rumahnya mengalami perkembangan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.
Di dalam
kehidupan bermasyarakat di Desa Badean ini, tidak ada hubungan yang
membeda-bedakan. Setiap anggota masyarakat memiliki hubungan kekerabatan yang
terjalin sangat baik. Interaksi antara masyarakat pemilik tanah dan buruh kebun
terjadi seperti tidak ada pembatas.
Stratifikasi ini bisa dikatakan terbuka. Hal ini bisa dibuktikan ketika para
buruh dan masyarakat pemilik tanah selalu bekerja sama dalam menyelesaikan
suatu permasalahan dalam perkebunan.
2.
Di Desa Badean
ini umumnya kedudukan masyarakatnya terbagi menjadi tiga kedudukan yaitu
pemilik tahan atau kebun, para buruh kebun, dan pengepul. Pemilik tanah
memiliki peran sebagai penyedia lahan untuk para buruh bekerja. Sedangkan para
buruh berperan sebagai penggarap yang juga penting dalam proses pertumbuhan
tanaman kopi tersebut. Sedangkan Pengepul berperan sebagai pembeli hasil panen
kopi.
3.
Mobiitas yang
terjadi di Desa Badean tidak banyak terjadi. Hanya beberapa saja yang melakukan
mobilitas sosial. Seperti saudara Sulasin yang melakukan mobilitas sosial vertikal naik dengan jalan
saluran pendidikan. Dengan begitu harapan untuk meningkatkan kesejahteraan
tetap ada bagi keluarga dan orang tua saudara Sulasin.
4.2 Saran
Dengan
kondisi yang terjadi di Desa Badean ini semoga masyarakatnya lebih peduli
terhadap kualitas pendidikannya. Agar masyarakat lebih maju dan memiliki
wawasan yang luas untuk menghadapi masa kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Siswa Pedia. (2013, April 6). Peran Sosial.
Retrieved from Siswapedia: https://www.siswapedia.com/peran-sosial/
Soekanto, S.
(2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Stepanus, H.
(2010, Juli 27). Mobilitas Sosial. Retrieved from Hari Stepanus
Wordpress: https://haristepanus.wordpress.com/mobilitas-sosial/
Warsito, A. (2017,
Desember 4). 13 Contoh Saluran Mobilitas Sosial di Lingkungan Masyarakat.
Retrieved from Materi IPS:
https://materiips.com/contoh-saluran-mobilitas-sosial
LAMPIRAN
Foto 1 Wawancara dengan narasumber Sulasin (22)
Foto 2 Bersama narasumber Sulasin (22)
*Tidak ada foto dengan
narasumber lain (Bapak Rois) beliau pergi terlebih dahulu karena ada keperluan sebelum
berfoto.
[1] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Cet. XLV ;
Jakarta : Rajwali Pers, 2013), hlm 197.
[2] Ibid.,hlm. 197.
[3] Ibid., hlm 210.
[4] Tim Siswapedia, “Peran Sosial”,
diakses dari https://www.siswapedia.com/peran-sosial/, pada 28 April 2019 pukul 11.38.
[5] Soerjono Soekanto, op.cit., hlm
219.
[6] Hari Stepanus “Mobilitas
Sosial”, diakses dari https://haristepanus.wordpress.com/mobilitas-sosial/, pada tanggal 28 April 2019
pukul 12.03.
[7]
Anggi Warsito, “13 Contoh Saluran Mobilitas Sosial di Lingkungan Masyarakat”,
diakses dari https://materiips.com/contoh-saluran-mobilitas-sosial,
pada tanggal 28 April 2019 pukul 12.17.
Komentar
Posting Komentar