Langsung ke konten utama

TEDAK SITEN JAWA || tradisi dan tata cara pelaksanaanya masyarakat jawa


Tedak Siten merupakan ritual atau upacara yg dering dilakukan oleh mastyarakat jawa. Dan juga merupakan tradisi turun-temurun dari warisan leluhur. Tedak siten biasanya dikenal juga sebagai upacara turun tanah.

Tedak artinya turun atau menapakkan kaki, Siten dari kata Siti yang artinya tanah atau bumi. Jadi Tedhak Siten berarti menapakkan kaki ke tanah/bumi.

Upacara Tadhek siten juga diartikan sebagai kedekatan anak manusia denagn bumi pertiwi, yakni bumi yg jadi tempat berpijaknya. 

Dengan cara menyayangi alam agar tercipta kehidupan yg damai dan makmur. Dan juga mengingatkan akan banyaknya yang telah diberi oleh tanak bagi kehidupan manusia di alam, sebagai sumber kehidupan dan juga bercocok tanam. Dengan menjalani semua keseimbangan alam dan dunia agar kehidupan manusia lebih baik.

kapan dilakukan ?

Pada waktu seorang anak kecil berumur tuju selapan atau 245 hari. Selapan merupakan kombinasi tujuh hari menurut kalender internasional dan hari lima mururt kalender Jawa. Oleh karena itu selapanan terjadi setiap 35 hari. 

seperti kebanyakan upacara tradisional yang lainya, mestinya diperlukan sesaji sebagai syarat tradisi biasanya. Sesaji biasanya berisi berbagai bunga, herbal dan hasil bumi yang tertata rapi dan canti agar menambah nilai sakral dalam ritual.


bagaimana jalanya upacara itu ?  

1. Anak dituntun untuk menginjak bubur tujuh warna yang terbuat dari beras ketan.
kegiatan itu bernaksud bahwa nanti apabila anak itu sudah dewasa mampu melewati segala rintangan dalam hidupnya .

2. Anak dituntun menaiki tangga yang  terbuat buat dari batang tebu arjuna
tebu merupakan akronim dari antebing kalbu yang artiya mantapnya kalbu. Tebu Arjuna disini melambangkan seperti arjuna dalam kisah pewayangan yang gagah, kesatria, bertanggung jawab dan juga baik hati.

3. Anak dituntun berjalan di pasir dan disuruh mengais-ngais pasir.
dalam bahasa jawanya ceker-ceker, yang dimaksudkan nanti saat dewasa anak itu bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Anak dimasukan ke sebuah kurungan yang dihias cantik.



Di dalamnya berisi buku, perhiasan, telepon, dan sebagainya. Si anak tadi dibiarkan mengambil barang yang menurut dia menarik. Misal dia mengambil sebuah buku berarti kelak saat dewasa anak itu jadi ilmuan dan barang barang yang lainya.

5. Bapak atau kakek dari anak itu menyebar udik-udik, yaitu uang logam yang dicampur dengan bunga.
Dimaksudkan bahwa nanti si bocah saat sudah dewasa menjadi orang yang dermawan, suka menolong dan juga dilancarkan rejekinya.

6. Kemudian si bocah dimandikan dengan air sritaman, yaitu air yang dicampur bunga-bunga melati, mawar, kenanga dan kantil.
ini merupakan pengharapan, dalam kehidupanya, anak ini nantinya harum namanya dan bisa mengharumkan nama baik keluarganya.

7. Pada akhir upacara, bicah itu didandani dengan pakaian yang bagus dan bersih.
maksudnya agar mempunya jalan kehidupan yang bagus dan bisa membuat bahagia keluarganya.


semoga dengan artikel tentang tedak siten ini menambah wawasan, memperluas ilmu pengetahuan terutama mengenai tradisi upacara yang ada di jawa. jangan bosan bosan untuk terus membaca.















Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENELITIAN DESA BADEAN KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PENELITIAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT PERKEBUNAN DESA BADEAN KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Sosiologi Dosen Pengampu : Dr. EKO CRYS ENDRAYADI, M. Hum               197108251999031001 Nama Kelompok : ·          RIZAL FAHMI                                    180110301038 ·          BAGUS P LAKSONO                        180110301055 ·          NASHRUL MAHFUDHIN ERSA     180110301066 ·      ...

Tradisi Petik Laut di Puger

Tradisi Petik Laut                        Sejarah Petik Laut Pugerkulon Tradisi petik laut kerap pula disebut sebagai Larung Sesaji. Penamaan petik laut terkait karena upacara ini disadari juga sebagai syukuran para nelayan dengan segala hal yang telah diberikan oleh laut. Ada pun nama larung sesaji terkait dengan prosesi pelaksanaan upacara ini yang diakhiri dengan melarungkan sesaji ke laut. Upacara adat ini merupakan tradisi masyarakat sejak tahun 1894. saat itu lurah puger di jabat oleh Singo Truno, kata Kepala Desa Pugerkulon, Adi Sutomo.   Konon pada waktu itu wilayah Puger meliputi desa Pugerkulon, Pugerwetan, Lojejer, Mojosari, dan Grenden. Ada pun upacara itu sendiri pada mulanya bernama Labuh Sesajen, atau dalam istilah bahasa Indonesia disebut Larung Sesaji. Larung sesaji itu dilakukan di pantai selatan, yakni di Pantai Pancer Plawangan Pugerkulon. Konon di Pantai Plawangan inil...